Jumat, 16 November 2018

KRISTUS, LOGOS DAN PARA BAPA GEREJA PURBA (oleh Sepson Sambara)


KRISTUS, LOGOS DAN PARA BAPA GEREJA PURBA
            Pada abad kedua dan ketiga bermacam-macam pandangan dikemukakan oleh para bapa gereja menyangkut hubungan Yesus dengan Allah. Pandangan yang lazim dalam hal ini berpusat pada penyamaan Kristus dengan Logos. Latarbelakang diusahakannya penyamaan ini terutama timbul sebagai reaksi terhadap ajaran-ajaran kaum Gnostik dan beberapa agama Yunani dan Romawi lainnya. Ada beberapa bapa-bapa gereja yang memberikan pandangannya menyangkut hal ini dan bahkan ada juga perdebatan yang terjadi diantara mereka salah satunya adalah Arius dan Atanasius. Namun, sebelum lebih jauh melihat pandangan-pandangan para bapa gereja, adalah lebih baik jika kita memahami definisi dari kedua kata ini, yaitu Kristus dan Logos.

I.       Kristus
Kata Kristus berasal dari bahasa Yunani "Christos" (Χριστός) yang berarti "yang diurapi", artinya dituangi minyak di kepalanya. Pengurapan biasa dilakukan di kalangan bangsa Israel sebagai tanda bahwa orang yang diurapi itu mendapatkan jabatan atau kedudukan khusus. Misalnya, Saul dan Daud masing-masing diurapi menjadi raja Israel oleh Samuel (1 Samuel 10:1, 16:13). Kristus adalah salah satu gelar yang diberikan kepada Yesus, karena orang Kristen perdana percaya bahwa Yesus adalah sang Juru Selamat (Mesias) yang dijanjikan sejak masa Perjanjian Lama.[1]
Dalam versi-versi Alkitab bahasa Indonesia, istilah Christos pernah diterjemahkan menjadi: Almaseh (BABA); Almasih (KL1870, SB); Elmesehh (LDKR); Kristoes (KL1863), dan Kristus (TB, BIS, TL, FAYH, WBTC, ENDE). Sedangkan kata Messias pernah diterjemahkan menjadi al-Masih (KL1863); Almasih (KL1870); Djoeroe-Slamat (KL1863); Elmesehh (LDKR); Masehi (SB); Masiha (BABA); Mesias (TB, BIS, FAYH, WBTC, ENDE); Messias (TL); dan Raja Penyelamat (BIS).[2]

II.    Logos
Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda atau buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti. Dalam bahasa Ibrani davar berarti hal yang ada di belakang yang adalah firman kreatif Allah dan sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu pengantara Allah dalam hubungan dengan ciptaan-Nya. Kata ini dipakai dalam LXX (Septuaginta) untuk menterjemahkan davar berarti kata, tetapi kemudian berkembang dengan berbagai arti: dalam tata bahasa logos mengartikan kalimat yang lengkap dalam logika mengartikan suatu pernyataan yang berdasarkan kenyataan; dalam retorika mengartikan pidato yang tersusun secara tepat.[3]

Dalam Filsafat
Pada abad 6 SM merupakan zaman acuan yang disebut zaman peralihan dari mitos ke logos. Sebelumnya mitos alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi akibat kuasa gaib dan adikodrati, para dewa-dewi. Seorang pemikir bernama Miletos dari Asia Kecil memahami bahwa dunia dan gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos akan tetapi pada logos. Melalui Logos mereka mencari prinsip rasional dan objek-ilmiah untuk menjelaskan keteraturan dunia dan posisi manusia di dalamnya.[4] Manusia menerima kemampuan untuk mengerti diri sendiri dan untuk berpikir. Istilah logos juga dipakai oleh aliran Stoa dengan mengikuti Herakleitos (abad ke 6 sM). Istilah tersebut dipakai untuk mengartikan kekuasaan atau tugas ilahi yang memberi kesatuan, pertalian dan makna pada alam semesta (logos spermatikos), manusia menjadikan selaras dengan dasar yang sama, dan manusia itu sendiri dikatakan mempunyai logos baik sebagai budi rasio (logos endiathetos) maupun sebagai kemampuan berbicara (logos proforikos).[5]
  
Dalam Perjanjian Lama
Dalam tradisi orang Israel, ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah penyataan diri-Nya sendiri dan kata davar bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para nabi, atau kepada isi pernyataan dalam keseluruhannya. Kata itu ada dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia. Davar mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya, davar lebih menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis.[6]

Dalam Perjanjian Baru
Di dalam Perjanjian Baru, kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang salib (I Kor. 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos. Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati.[7] Injil Yohanes (Yohanes 1:1) mengatakan bahwa sabda adalah pre-eksistensi, yakni sudah ada (existere) dalam bahasa Latin sebelum (prae) sebelum dunia diciptakan. Dengan perantaraan Sabda semuanya diciptakan, maka sabda tidak diciptakan. Logos/sabda tidak diciptakan dari ketiadaan, melainkan dilahirkan sejak kekal dari hakikat (ousia: Yun) ilahi maka ia sehakikat (homo ousios) dengan Bapa.[8]

III.       Pandangan Para Bapa Gereja
Berikut akan dipaparkan pandangan-pandangan para bapa gereja menyangkut kedua konsep atau dapat dikatakan hubungan kedua hal di atas.
1.      Yustinus Martis yang dipengaruhi oleh pandangan Philo, berpendapat bahwa Logos adalah semacam “Allah kedua” yang telah terjelma dalam seorang pribadi historis Yesus, untuk keselamatan manusia. Meskipun Logos yang terjelma ini tidak berbeda dari Allah Bapa, Ia adalah Allah kedua.
2.      Iraneus berpendapat bahwa Logos, yang menjelma dalam Yesus Kristus adalah agen ilahi dari Wahyu.
3.      Tertulianus menyatakan bahwa meskipun dari segi substansi Allah adalah satu, Allah memiliki tiga aktivitas atau pribadi (secara substanssi hanya satu tetapi dalam perwujudannya adalah tritunggal). Logos atau akal budi dalam Allah mengungkapkan diriNya dalam sabda. Dalam Yesuslah sabda menjelma (mengutip Injil Yohanes).
4.      Klemens berpendapat bahwa Allah diketahui hanya melalui Logos, akal budi Allah. Logos abadi adalah cerminan sempurna dari Allah dan merupakan sarana untuk mengenal Allah. Logos telah mengilhami para filsuf Yunani, dan Yesus adalah Sang Logos, pedoman bagi semua manusia.
5.      Origenes mengajarkan bahwa:
  • Hanya ada satu Allah, Bapa, yang adil dan baik dan pencipta segala sesuatu,
  • Yesus Kristus, Alla-manusia, adalah penjelmaan dari Logos dan sama abadinya dengan Bapa meskipun lebih rendah dari Bapa,
  • Roh Kudus yang tak tercipta berhubungan dengan Bapa dan Putra.
6.      Arius berpendapat bahwa Putra memiliki awal sedangkan Allah tanpa awal. Penafsiran ini membuat Kristus lebih rendah dan menjadi nomor dua setalah Allah.
7.      Atanasius menekankan keunikan Kristus, wahyu Kristen dan kesamaan abadi dengan Allah. Atanasius berpendapat bahwa Allah dan Kristus adalah sama.[9]
Dalam perdebatan antara Arius dan Atanasius ini akhirnya dimenangkan oleh kelompok Atanasius. Pendirian Arius tentu berpotensi besar menyebabkan agama Kristen lebih inklusif terhadap penjelmaan-penjelmaan lain, sedangkan pandangan Atanasius menghasilkan sebuah agama Kristen yang eksklusif dengan Yesus sebagai satu-satunya penjelmaan yang sejati. Pada saat inilah agama Kristen mulai menjadi agama yang superior dan mengalami masa-masa jayanya.[10]
Para pemikir awal berikutnya dalam gereja Kristen Barat, seperti Agustinus mengalihkan pada analisis menganai hakikat manusia, rahmat Allah dan gereja sebagai alat penyelamatan. Fokus utama gagasan Kristen adalah apa yang dilakukan oleh Kristus. Pemikiran Agustinus lebih berpusat pada hakikat kehadiran Kristus dalam sakramen Ekaristi.
Kekuatan yang ditimbulkan oleh sikap eksklusif agama Kristen ditunjukkan oleh fakta bahwa pada tahun 500 agama Kristen sama sekali mengubah kehidupan keagamaan dari Kekaisaran Romawi. Agama-agama lokal Yunani dan Romawi akhirnya gulung tikar. Sikretisme mereka yang gampangan menjadi jalan bagi penegasan yang keras dari agama Kristenbahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui gereja.[11]


[1] Oleh kebanyakan orang Yahudi (Yesus sendiri adalah seorang rabi Yahudi), Yesus tidak dianggap sebagai Mesias mereka. Bahkan Injil Kanonikal mencatat tentang beberapa peristiwa "Penolakan atas Yesus. Walaupun demikian orang-orang Kristen Nicea menunggu Kedatangan Kedua Yesus Kristus yang akan menggenapi sisa nubuatan Mesias Kristen.
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Kristus. Diunggah tanggal 4 Mei 2017.
[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Logos#Definisi. Diunggah tanggal 4 Mei 2017.
[4] Simon Petrus L.Tjahjadi, Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman Modern, Yogyakarta: Kanisius, 2004., hal 16-17.
[5] J.D.Douglas. Ensiklopedi Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1992., hal 315.
[6] Ibid.,hal. 215.
[7] Dr. F. D. Wellem. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. hal 266.
[8] Dr. Nico Syukur Dister OFM. Teologi Sistematika. Jakarta:Penerbit Kanisius. Yogyakarta, 2004.
[9] Harold Coward, Pluralisme: Tantangan Bagi Agama-Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1989., hal. 43-44.
[10] Untuk lebih jelasnya dapat dibaca dalam Makalah yang saya tulis dengan judul Misi Sebagai Kontekstual.
[11] Harold Coward, Pluralisme: Tantangan Bagi Agama-Agama, hal. 45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DENGARKANLAH JERITANNYA: Sebuah Perspektif Ekologi Aluk Todolo terhadap Pandemik Covid-19

DENGARKANLAH JERITANNYA: Sebuah Perspektif Ekologi Aluk Todolo terhadap Pandemik Covid-19 PANDEMIK COVID-19 Sejak World Health Or...